“Bagi saya belajar tidak ada habis-habisnya; Namun kita harus menyesuaikan diri. Jangan, lalu, merasa lebih hebat dari orang lain,” tutur Ahmad Bakrie pada tabloid Mutiara (1979).
Kalimat yang sederhana dengan makna yang dalam bahwa apabila kita ingin maju, jangan pernah berhenti menggali ilmu pengetahuan sampai kapan pun. Ungkapan tersebut tidak hanya sebagai retorika semata, namun benar-benar dipraktekkan oleh Ahmad Bakrie bahkan ketika penglihatannya mulai mengalami keterbatasan “Saya paling kesal, kalau tidak bisa membaca.”
Lebih dari 70 tahun Group Bakrie telah berkibar di kancah bisnis nasional maupun internasional, namun banyak yang belum tahu rentang awal mula Grup Bakrie berdiri. Dari Semangat Bisnis Achmad Bakrie pendiri kerajaan bisnis Bakrie mungkin kita mengambil pengalaman berbisnis.
Ahmad Bakrie kecil sekitar tahun 1921-1922 iseng melihat orang India (Keling) yang menjual obat tradisional keliling di emper kios pasar memintanya mendekat. Dan si Bakrie kecil pun menurut saat penjual obat itu menyuruhnya membuka telapak tangan lebar-lebar dan berkata “Bakrie. Kau akan jadi saudagar”
Bakrie kecil menggunakan kekuatan naluri bisnis untuk memulai menjadi pedagang atau pengusaha dengan mengumpulkan buah kemiri dan gambir di hutan “tak bertuan” untuk dijual kembali serta mengumpulkan modal uang dengan bekerja sebagai “makelar” pada perusahaan Belanda.
Pada tahun 1933 Achmad Bakri bekerja sebagai salesman obat-obatan pada perusahaan apotek Belanda, ketika Jepang masuk ke Teluk Betung (Lampung) 1942, apotek tersebut bubar. Naluri bisnis pemuda Bakrie timbul dengan pikiran apabila kapal Belanda diblokir Jepang, maka harga obat akan melambung tinggi, untuk itu strategi yang diambil adalah memborong semua obat yang ada di apotek tersebut dengan semua uang tabungannya.
Cerita lain, ketika memperoleh lisensi trayek dari polisi Jepang sebagai balas jasa sewaktu menolong mobil perwira polisi Jepang yang mogok bersama kakaknya Abuyamin, meski tidak mempunyai kendaraan, lantas pemuda Bakrie mendatangi pemilik angkutan yang tidak boleh beroperasi semasa penjajahan Jepang dengan persyaratan: keluarga Bakrie naik gratis, hanya boleh mengangkut minyak goreng milik Abuyamin. Hasilnya monopoli minyak goreng dikuasai keluarga Bakrie untuk daerah setempat.
Strategi semangat bisnis Achmad Bakri cukup sederhana namun bermakna luas yaitu
“Bila kita ingin maju, jangan pernah berhenti menggali ilmu pengetahuan. Belajar tidak ada habis-habisnya, namun kita harus menyesuaikan diri. Jangan, merasa lebih hebat dari orang lain.”
Dengan kata lain apabila kita sudah merasa pintar dan puas dengan hasil saat ini, maka siap-siaplah di ambang kehancuran. Untuk itu belajar dan bergaul dengan orang pintar dan orang baik dapat mengintrospeksi diri agar tidak terjebak dengan “merasa pintar dan paling baik”
Bakrie and Brother Corporate berawal dari usaha jasa perdagangan komoditas yang didirikan oleh almarhum Achmad Bakrie pada tahun 1942, setelah itu diteruskan oleh generasi kedua yaitu oleh Aburizal Bakrie. Di tangan Aburizal Bakrie inilah perusahaan dirubah dari perusahaan keluarga menjadi perusahaan modern lewat aksi perseroan dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) pada tahun 1989. Hal ini diteruskan pada tahun 2008 Bakrie Group menfokuskan diri menjadi perusahaan investasi.
Semangat Bisnis Achmad Bakrie – Kang Andre
Achmad Bakrie – Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan,Syafruddin Pohan, dkk. Cetakan Kedua (e-book), 2011, PT Bakrie & Brothers Tbk, ISBN : 978-602-98628-0-5
Menginspirasi sekali kisahnya..
kisah yang inspiiratif kesuksekan bukan milik orang kaya saja, tetapi kesuksekan adalah milik orang yang suka bekerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas