Kali ini saya bertindak ceroboh, tapi nggak sepenuhnya kesalahan saya. Mobil Isuzu Panther yang jelas-jelas bermesin diesel diisi bensin, ya tentu saja mogok.
Pengalaman ini terjadi ketika saya mengantarkan tamu yang hendak pulang ke Jakarta. Dari Pamekasan (Madura) rencana mengantar ke Bandara Juanda, namun entah mengapa mendadak membatalkan dan minta tolong di antar sampai Surabaya saja.
Berangkat pagi hari, langsung tancap gas menuju Surabaya dengan penumpang 4 orang. Perjalanan lancar, dua jam kemudian sudah sampai di Suramadu.
Mendadak salah satu penumpang mengingatkan saya, “Mas, nanti berhenti sebentar di Pom Bensin (SPBU). Mau pipis.”
“Baik, pak” sahut saya, sambil melirik jarum indikator BBM. Ternyata posisi sudah di garis E (Empty).
Waduh, celaka! Saya nggak mau mobil mogok karena kehabisan BBM, apalagi mesin diesel, harus mompa dulu biar gak masuk angin, kalau sampai kehabisan solar.
Untunglah dekat dengan SPBU, segera putar setir masuk ke area pengisian. Penumpang pun turun ke toilet.
Tanpa melihat Pompa SPBU saya langsung berkata, seratus lima puluh ribu kepada petugas SPBU yang rupanya karyawan baru atau masih dalam training, jika dilihat dari seragamnya yang masih hitam putih.
Selesai mengisi, petugas menawari Printer bon. Entah mengapa kali ini saya mengiyakan, padahal jarang meminta bon, karena ini mobil pribadi dan bukan mobil dinas. Setelah selesai pengisian dan menerima bon, penumpang masuk kembali dan perjalanan pun dilanjutkan.
Mendadak, salah seorang penumpang menerima telepon dan berkata kepada saya, “Mas antarkan saja ke Galaxy Mall, karena ada saudara yang mau menjemput. Tidak usah ke hotel.”
Kebetulan, batin saya. Jadi nggak usah mengantarkan jauh dan bisa langsung balik ke Pamekasan.
Menjelang Galaxy Mall Surabaya, sekitar 2 kilometer dari lokasi SPBU tadi, mobil menunjukkan gejala kurang nyaman. Mesin seperti tersendat-sendat, namun sampai juga di depan mall tersebut.
Ternyata sudah ditunggu. Segera penumpang berpindah tempat ke mobil jemputan itu. Tinggal saya sendirian dan putar balik lagi untuk pulang.
Mobil kian tidak nyaman, tersendat-sendat sesekali mesin mati jika tidak di gas. Berhubung seperti ada masalah, segera saya pinggirkan untuk mengecek kondisi mesin.
Begitu keluar, saya mencium bau aneh pada asap knalpot, tidak seperti biasanya. Kemudian saya buka kap mesin, barangkali bospom “masuk angin” karena tadi solar tinggal sedikit.
Setelah saya pompa untuk membuang angin, ternyata bau solar lain, seperti campur bensin.
Benar juga, yang keluar bukan solar tapi bensin, pantas mobil jadi mogok. Diesel diisi bensin, untung saja bospom tidak terbakar. Berarti tadi diisi bensin saat beli di SPBU.
Setelah menitipkan mobil pada pemilik warung yang ada di dekat lokasi mobil saya yang mogok, segera saya mencegat taksi untuk pergi ke SPBU. Untunglah tadi saya meminta bon pembelian.
Sesampai di SPBU tadi, saya menemui pengawas karena saya lupa dengan pompa tempat pengisian karena ada banyak. Setelah saya sampai permasalahannya, pengawas pun masuk ruang kantor untuk melihat CCTV yang ada.
Dan benar, dari selang sudah tampak kesalahan. Warna kuning berarti bensin, seharusnya biru untuk solar.
Tanpa banyak bicara, pengawas tersebut memanggil karyawan yang lain untuk mencari jerigen dan ember. Jerigen di suruh isi solar, dan mengajak dia untuk menuju ke lokasi mobil saya yang mogok.
Mungkin karena kesalahan pihak SPBU, pengawas dan karyawan tersebut menguras tangki BBM sampai bersih. Saya hanya diam saja di depan warung, karena cuaca panas Surabaya saat itu sungguh menyengat.
petugas SPBU sedang mengisi solar kembali setelah menguras tangki |
Akhirnya sambil keringat bercucuran, pengurasan tangki selesai juga dan kemudian diisi solar yang telah disiapkan. Pemompaan bospom kembali dilakukan agar sisa-sisa bensin habis. Dan Alhamdulillah, mesin mobil dapat menyala kembali.
Akhirnya saya disuruh kembali ke SBPU untuk menambah kekurangan solar. Untung saja tadi solar tinggal sedikit, jadi mudah perhitungannya. Dan petugas pengisian tadi dengan wajah pucat, meminta maaf kepada saya. Kesalahan dia menurut pengawas tidak menanyakan BBM apa yang akan diisi, meskipun sudah tahu.
Kecerobohan saya, tidak mengatakan solar hanya sejumlah uang dengan anggapan tahu bahwa kalau Isuzu panther pasti solar, kecuali kijang karena ada yang bensin atau solar. Selain itu saya tidak memperhatikan selang atau pompa pengisian yang terkadang ada 3 macam jenis BBM.
Yah pengalaman, untung juga saya tidak memacu kendaraan, namun jalan perlahan-lahan dan juga meminta bon pembelian. Ruginya, seharusnya saya sudah berada di rumah, ternyata masih di jalan.